Friday 21 December 2007

The Artefact of Bambang Tri S



English summary: Even Bambang Trihatmodjo, a son of former President Soeharto, had ever produced an album entitled by the name of the band The Crabs. *


Sebuah album atas nama The Crabs yang menyanyikan lagu-lagu karya Is Haryanto ditulis "diasuh" oleh seseorang bernama Bambang Tri S. Ketika saya membeli piringan ini, si penjual mengiklankan album itu dengan kalimat, "ini albumnya Bambang Tri, anaknya pak Harto." Saya pun membelinya.

Menurut seorang pembaca blog ini, Bambang Trihatmodjo, anak mantan Presiden Suharto yang sekarang terbaring sakit di rumah sakit pusat Pertamina Jakarta, memang pernah memproduksi album musik dalam bentuk kaset dan piringan. Ade, salah satu personel band itu, pernah bergabung dengan kelompok Pancaran Sinar Petromak. Kalau mas Bambang Trihatmodjo belakangan menikahi penyanyi Mayangsari, artefak piringan hitam ini menunjukkan benang merahnya. *

Celebrating Lebaran with Oslan Husein



English summary: Indonesian moslems have tradition to celebrate Id el Fithr, the day after completing Ramadan fastings. This happy party ini 50-ies was pictured by singer Oslan Husein very impressive thru one song of this album. *



Lagu Selamat Hari Lebaran muncul dalam beberapa piringan atas nama Oslan Husein. Salah satunya album berjudul Hanya Ada Satu ini. Lagu yang masih diperdengarkan setiap hari raya Idul Fitri ini terdengar khas, mewakili suasana lebaran jaman tahun 50-an, dengan ciri khas vokal Oslan Husein yang belum tergantikan hingga kini. *

Titik Puspa and Wide Range of Her Genre



English summary: It is not the best album of Titik Puspa, an Indonesian singer who almost become living legend in music industry. But this album shows you a wide range of her genre in pop music. *


Salah satu materi gambar sampul buku Musisiku terbitan KPMI, November 2007 adalah sampul piringan hitam berjudul Pita karya Titik Puspa. Karena buku itu sering saya baca, gambar sampul pita itu melekat di ingatan saya. Maka ketika di pasar kaset jadul, seorang penjual menawari piringan hitam berjudul Pita, saya langsung tertarik untuk membelinya. Apalagi bungkus dan isinya relatif mulus. Cuma sayang ketika saya mencoba mencari tahu catatan musikal atas album ini, buku Musisiku tak membahasnya. *

Thursday 20 December 2007

The Historical Voice of Bing SLamet






English summary: This album entitled Mari Bersuka Ria Bersama Irama Lenso is the most historical album in Indonesia. One of this song entitled Genjer-genjer is a folk song which associated with communist rebel in 1965. *


Piringan hitam yang paling bersejarah di Indonesia menurut saya adalah album Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso. Album yang antara lain berisi lagu Genjer-genjer karya M. Arif ini dinyanyikan oleh Bing Slamet dengan iringan orkes pimpinan Jack Lemmers. Album ini diberi pengantar kalimat "Saja restui, setudju diedarkan", dengan tanda tangan Bung Karno bertahun 1965. Saya akan menulis soal ini lebih panjang di lain hari. Maafkan karena keterbatasan waktu. Tulisan ini belum final.

Tuesday 11 December 2007

Charming EP of Ennio Morricone








English summary: Even Ennio Morricone, most prominent composer for movie music in the world, has extended play. This album is part of movie entiltled A Few Dollar More directed by Sergio Leone. *

Ennio Morricone adalah salah satu komposer yang saya sukai. Saya terpesona dengan karyanya melalui sound track film Mission dan Year of The Dragon. Ilustrasi musik dalam film-film itu tak hanya berhasil menghidupkan imaji suasana yang dibawa film, juga cacthy di telinga. Karyanya bisa berdiri sendiri sebagai karya musik instrumental.

Saya terkejut ketika melihat lp 45 rpm dari Onnio Morricone di kios musik jadul. God bless me, bahwa saya bisa memperoleh karya Ennio, komposer besar di dunia sound track film, dalam format rekaman yang mungil imu-imut ini. *

Discography:
1. Ennio Morricone
Single: For A Few Dollars More

2. Cliff Richard
Single: All My Love
Producer: Columbia, 1967

3. The Venture Vol. 1
Single: Theme From Come September
Producer: Liberty, LA

4. Tommy Sands
Single: Teenage Crush
Producer: 1957

5. Smith
Single: Don't Believe
Producer: EMI, 1969

6. Single: Monja, Achi
Producer: Phisco

7. The Cats
Single: In My Room
Producer: Columbia

Terima Kasih Om Wikipedia





Wikipedia adalah salah satu hikmah terbesar yang dilahirkan oleh internet. Eksiklopedi online ini benar-benar membantu kita melacak masa lalu yang selama ini sulit dijangkau secara cepat. Namun berkat keajaiban internet, pengetahun masa lalu itu bisa diperoleh dalam hitungan menit.

Salah satu jasa Wikipedia adalah untuk melacak sejarah produksi suatu album musik. Pada era 50 atau 60, bahkan 70, industri musik rekaman sering tidak lengkap menulis data album, misalnya menyangkut tahun produksi. Kalau tahun produksi saja dilupakan, apalagi data lain menyangkut profil artis.

Dengan bantuan Wikipedia, data penting itu bisa dilacak. Data lima lp 45 rpm yang saya tulis sebelum posting ini (the Cats, Bee Gees, Chubby Checker, the Thuder Birds, Aretha Franklin), saya peroleh dari Wikipedia. Saya jadi tahu bahwa album Respect dari Aretha Franklin memperoleh penghargaan best female vocal R&B, dan best recording R&B dari sebuah lembaga penghargaan musik pada 1968. Data lain misalnya grup musik The Shocking Blue memiliki lagu hit terhebat yaitu Venus, piringan yang baru saja saya beli di Jakarta selatan. Album itu diproduksi Polydor, tahun 1970. Terima kasih Om WIkipedia. *

Diskografi lp 45 rpm:

1. Heintje
Single: Mama
Produksi: Polydor

2. The Shocking Blue
Aingle: Venus
Produksi: Polydor, 1969

3. Johny Lion with Orchestra directed by Gerry Dale
Single: Devil Woman
Produksi, Philips

4. The Bachelors
Single: Ramona
Produksi: Decca, 1964

5. Cliff Richard
SIngle: Hits from The Young Ones
Produksi: Columbia, 1961

Kejutan SIngles Tahun 60-an













Kios piringan hitam jadul sering menghadirkan kejutan. Awal Desember 2007, penjual piringan hitam di Jakarta selatan, langganan saya, setengah memaksa, lebih tepat mendorong, saya untuk memborong piringan-piringan hitam 45 rpm karya musisi Barat tahun 60-an awal dan 50-an akhir seperti The Cats, The Bee Gees, Chubby Checker. Sebetulnya saya tidak begitu akrab dengan penyanyi-penyanyi tersebut, tapi karena dijual murah dan lagian saya tidak ingin piringan itu jatuh ke orang-orang yang tak "benar-benar mencintai musik" (hehehe, kayak siapa aja saya ini?), akhirnya saya beli sekitar 20 keping. Di kios itu, tak ada turntables untuk mencobanya. Tuntable di rumah saya juga sedang rusak jarumnya. Jadi saya cuma bisa mengecek data album ke internet melalui jasa Om Wikipedia. Dan ternyata barang-barang tersebut bernilai. *

Diskografi lima di antaranya:
1. The Cats
Single: I gotta know what's going on
Produksi: Columbia, 1968

2. The Bee Gees
Single: I.O.I.O.
Produksi: Polydor, 1970

3. Chubby Checker
SIngle: The Jet
Produksi: Master Voice, 1962

4. The Thunder Birds
SIngle: My Hula Girl
Produksi: Philips, 1959

5. Aretha Franklin
Single: Respect
Produksi: Atlantic, 1968

Sunday 2 December 2007

Diskografi untuk Good Morning







Ketika saya (Kelik M. Nugroho, pengelola piringanhitam.blogspot.com) diundang ke acara Good Morning Transtv, November lalu, reporter Good Morning meminta saya untuk membawa contoh koleksi kaset dan piringan hitam jadul (jaman dulu). Cukup masing-masing sepuluh keping, katanya.

Saya mesti pintar-pintar memilih yang tepat untuk penonton Good Morning. Kriteria yang saya pakai, koleksi tersebut haruslah langka, bernilai, diutamakan karya musisi Indonesia. Akhirnya terpilihlah sekitar 17 kaset, 14 piringan hitam dan dua cd. Bagi yang tak sempat menonton acara itu secara langsung, berikut diskografi yang bisa dirunut. *

Kaset:
1. P. Ramlee AMN, album Kenangan Abadi Vol. 2
2. LCLR Prambors 1977
3. LCLR Prambors 1981
4. Koes Bersaudara, album Angin Laut
5. Eros Djarot, album Manusia-manusia
6. Guruh Gipsy
7. Koes Plus pop Jawa, vol 1
8. Du Kribo, volume 2
9. O.M. Soneta, album Begadang
10. O.M. Soneta, volume 1
11. Keenan Nasution, album Di Batas Angan-angan
12. Titi DJ, album 1989
13. Disccus, album First
14. L Subramaniam-Stephane Grapelli, album Conversation
15. Joseph Lansang, album Journey in the Spirit
16. Richard Tan, album Magandang Bituin
17. Peaceful

PH:
1. P. Ramlee, album Rayuan Ramlee
2. Yanti Bersaudara
3. Indonesia Raya, Lokananta, 1968
4. Oslan Husein
5. Waldjinah, album volume 1 Putri Solo
6. Christobel Weeresinghe, album "Indonesia, It's Music and it's People"
7. Bert Jansch, album Rosemary Lane, Warner, 1971
8. Nightnoise, album At The End of the Evening, Windhamhill, 1988
9. Jose Feliciano, album El Sentimiento La Voz y La Guitarra de Jose Feliciano
10. Iva Bittova + Dunaj, album Impuls, Panton, 1988
11. Dian Pramana Poetra, album Indoneisa Jazz Vocal 1 dan 2
13. Eros Jarot, album Kembalikan Masa Depanku, Musica, 1983
14. Yockie S, album Gemuruh, Musica, tanpa tahun

CD:
1. Alvin Lucier, album Crossings, Lovely Music, 1990
2. From Scratch, album SOngs for Heroes, Rattle Record, 1991

Bang Oman dari Taman Puring


Banyak koleksi kaset dan cd saya berkat tangan-tangan lincah Bang Oman, pemilik salah satu kios kaset jadul di pasar Taman Puring Mayestik Jakarta selatan. Melalui lelaki berdarah Sunda berusia paruh baya ini, saya memperoleh kaset-kaset penting antara lain Album P Ramlee volume 2, Koes Bersaudara album Angin Laut, Titi DJ album 1989, Koes Plus Pop Jawa volume 1, Keenan Naustion album Di Batas Agan-angan, dan Discus album perdana.

Saya mengenal Bang Oman sekitar tahun 2004, setelah saya diperbantukan di sebuah kantor di kawasan Mayestik Jakarta selatan dari kantor di jalan Proklamasi. Semoga kepindahan itu mengandung hikmah terselubung, yaitu pertemuan saya dengan pasar Taman Puring sebagai kawasan kios kaset jadul. Kedekatan Taman Puring dengan kantor saya memungkinkan saya berangkat kerja, sembari menyongsong kaset-kaset jadul yang mampir di pasar Taman Puring.

Pertama kali bertemu, Bang Oman masih menempati salah satu kios semi permanen lantai dua Taman Puring yang berkamar-kamar. Sekitar tahun 2005 kalau tidak salah, lantai dua Taman Puring terbakar. Bang Oman salah satu korbannya. Akibat kebakaran itu, sebagian besar barang langka miliknya terbakar. Bang Oman pun harus memulai usaha dari nol. Sembari menunggu renovasi pasar, dia membuka kios dengan satu almari kecil berisi seratus kaset di teras luar Taman Puring. Tak beberapa lama kemudian dia pindah ke ruang dalam pasar, tapi masih numpang di kios orang lain. Setelah renovasi tuntas, Bang Oman kembali menempati salah satu petak di lantai dua pasar taman Puring. Bentuk kiosnya sekarang terbuka, los-losan, tanpa kamar tertutup. Sekarang ini kiosnya memiliki koleksi sebanyak dulu, bahkan tampak lebih banyak.

Bang Oman adalah pedagang musik rekaman jadul yang mempunyai nilai plus. Dia memperlakukan konsumen sebagai manusia budaya (bukan manusia ekonomi saja). Harga yang dipasang relatif moderat, dan kadang pertimbangannya lebih untuk merawat warisan budaya. "Saya bukan sekadar jualan kaset. Saya memang mempunyai hobi di bidang musik, jadi ada rasa enjoy dalam menjalani usaha ini," kata Bang Oman yang juga aktif di kepengurusan Komunitas Pecinta Musik Indonesia. Dia ikut mendirikan KPMI, komunitas kolektor musik rekaman, bersama tokoh-tokoh seperti Riza Sihbudi, Denny Sakrie, Gatot Triono, dan lain-lain. *

Thursday 29 November 2007

To The So Called The Guilties Koesbers



Membeli kaset jadul karya Koes Bersaudara, tanpa judul, bergambar pesawat balon berwajah manusia dan foto keempat personil band, saya mencoba mengingat masa lalu dengan membuka buku berjudul Musisiku yang diterbitkan Republika dan Komunitas Pecinta Musik Indonesia pada November 2007. Harus diakui, melalui buku inilah saya memperoleh diskografi Koes Bersaudara yang relatif lengkap.

Kaset jadul tanpa judul itu produksi PT Dimita Moulding Industries Ltd, Djakarta. Isinya 24 lagu. Side 1: Mengapa Hari Telah Gelap; Untukmu; Bunga Rindu; Lagu Sendiri; Voor Man; Hari Ini; Three Litle Words; To The So Called the Guilties; Apa sadja; Di Dalam Bui; Bintang Mars; Poorclown.

Side 2: Untuk Ajah dan Ibu; Lontjeng Jang Ketjil; Rasa Hatiku; Djadikan Aku Dombamu; Aku Berdjandji; Bidadari; Balada Kamar 15; Bilakah Kamu Tetap Di SIni; The Land of Ever Green; The Old Man; Is Still Forgiveness; Mana Hatimu.

Dalam diskografi Musisiku, Koes Bersaudara pernah membuat single antara lain Dara Berpita, Untuk Ibu, Bintang Kecil, dan Di Pantai Bali (IRama 1964) dan lain-lain. Lalu ada album To The So Called the Guilties (Dimita, 1967) dan Jadikan Aku Dombamu (Dimita, 1967). Dua judul album ini tercantum dalam kaset produksi Dimita yang tanpa judul itu.

Artinya, dulu mungkin dua album itu direkam dalam format piringan hitam, yang belakangan baru direkam ulang dalam sebuah kaset -- dua album menjadi satu. Ah, bagaimana pun prosesnya, puji Tuhan saya memperoleh kaset jadul ini di Jakarta pekan lalu (November 2007). Album ini sejarah penting dalam perjalanan musik Indonesia khususnya Koes Bersaudara, karena direkam setelah Koes Bersaudara keluar dari penjara Orde Lama, hanya gara-gara bermusik rock n roll. Gile masa lalu. *

Thursday 22 November 2007

Piringanhitam Goes Transtv

Pengelola blog piringanhitam.blogspot.com Kelik M. Nugroho diundang ke acara talkshow berita Good Morning Transtv pada Kamis, 22 November 2007, jam 08.30. Pihak Good Morning ingin menampilkan profil kolektor piringan hitam dan kaset jadul. Kepada reporternya mbak Putri, saya mencoba bertanya, mengapa mereka memilih saya, padahal banyak kolektor lain yang memiliki koleksi yang lebih banyak. Mbak Putri menjawab bahwa dia menemukan nama saya dari blog ini, dan satu-satunya blog kolektor yang memasang telepon hp yang bisa dihubungi hanyalah saya.

Atas undangan itu dan atas kepercayaan produser Good Morning Transtv, saya mengucapkan terima kasih. Saya merasakan ada aura dan semangat positif dari tim Good Morning ini. Bagi saya, undangan itu merupakan bentuk dari apresiasi mereka kepada upaya penghargaan atas karya-karya kreatif -- yang dulu dilupakan -- yang kini dirawat sebagian para kolektor.

Kepada mbak Rieke Diah Pitaloka dan mas Ferdi Hasan, presenter yang rileks dan hangat, saya juga merasakan aura penghargaan yang sama atas karya-karya seniman lama yang terekam dalam kaset jadul dan piringan hitam. Secara spontan, mas Ferdi menyetel satu lagu dari kaset P. Ramlee dan album Dasa Tembang Tercantik Prambors pertama pada 1977 yang antara lain berisi lagu Lilin-lilin Kecil. Mendengar musik itu untuk pengantar dan ilustrasi acara -- yang dilakukan sendiri mas Ferdi Hasan, merupakan kejadian yang tak kan
terlupakan.

Selamat dan terima kasih kepada tim Good Morning. Maju terus.

Kelik M. Nugroho
Pengelola blog:
piringanhitam.blogspot.com
pabrikbunyi.wordpress.com
arahguru.wordpress.com

Piringanhitam Goes Trns

Tuesday 20 November 2007

Eksotisme Koes Bersaudara



Saya pernah membeli beberapa kaset terbitan baru karya lama Koes Plus (campur dengan Koes Bersaudara). Salah satunya album Koesplus Vol. 2 edisi Private Collection yang diproduksi Harika Record tahun 2000-an. Lagu-lagunya antara lain Kisah Sedih di Hari Minggu; Kolam Susu; Telaga Sunyi; Dara Manisku dan lain-lain. setelah mendengar isi materi album itu, telinga saya terasa terganggu, karena materinya -- walaupun tetap dinyanyikan personel Koesplus -- tapi tidak sama persis dengan yang saya dengar dari kaset puluhan tahun lalu yang pernah saya miliki.

Album-album repackaging ini memang berbeda dengan album aslinya. Sayang bahwa perusahaan rekaman di Indonesia umumnya belum peduli pada pentingnya informasi tentang sumber karya dari produk baru yang dijual. Dalam kemasan, mestinya disebutkan bahwa lagu-lagu dalam kaset ini direkam baru pada tahun sekian oleh sebagian personel grup, dan seterusnya.

Ketika saya mencoba membandingkan materi album Harika itu dengan album aslinya Koes Bersaudara produksi Media Record pada tahun 60-an, memang perbedaan itu kentara sekali. Ambil contoh saja lagu dara Manisku. Dalam versi aslinya, instrumen yang dipakai -- kalau tidak salah -- campuran antara akustik dan elektrik. Rythm dan melodinya dulu memakai elektrik. Tapi bassnya akustik. Lalu warna vokalnya pada album lama tak menunjukkan warna individu, ini berbeda dengan versi Harika yang lebih dekat ke warna vokal Yon Koeswoyo. Juga instrumennya itu lo umumnya elektrik, bahkan digital. Semoga industri rekaman kita ke depan bisa menghargai soal informasi karya semacam ini. *

Koleksi:
1. Koes Bersaudara, album Angin Laut, produksi Media Record, tanpa tahun (diperkirakan 60-an). Isi album: Dara Manisku; Jangan Bersedih; Dewi Rindu; Bis Sekolah; Pagi yang Indah; Si Kancil; O Kau Tahu; telaga Sunyi; Angin Laut; Senja; Doa Ibu; Bintang Kecil; Di Pantai Bali; Telaga Sunyi; Kuduslah Cintaku.

2. Koesplus, album Private Collection Vol. 2, produksi Harika dan Harpa Record (2000-an). Isi album: Kisah Sedih di Hari Minggu; Kolam Susu; Telaga Sunyi; Dara Manisku; Muda-mudi; Kapan-kapan.

Monday 19 November 2007

Gombloh dan Djatu Parmawati


Almarhum Gombloh dari Lemon Trees ternyata menciptakan lagu untuk penyanyi lain. Dia Djatu Parmawati, yang beruntung memperoleh materi lagu berjudul Tangis Kerinduan yang juga menjadi judul album. Kaset ini produksi Granada Record pada 1988. Lagu Tangis Kerinduan adalah lagu pop ringan ala "Di Radio". Vokal Djatu yang lembut tampaknya tidak mampu memberikan "power" pada lagu ini, apalagi aransemen musiknya cenderung ringan, standar banget. Kalau dinyanyikan ala Lemon Trees, kemungkinan ceritanya bakal lain.

Koleksi:
1. Kaset: Djatu Parmawati, album Tangis Kerinduan, produksi Granada, 1988.

Gamelan di Tangan Mark Nauseef

Pada pertengahan November 2007, saya beruntung memperoleh dua album karya Mark Nauseef berjudul Wun Wun dan Dark yang diedarkan di Indonesia oleh Golden Lion Record. Nauseef adalah drummer dan perkusionis asal New York yang pernah bergabung dengan grup rock Ian Gillan Band (bekas anggota Deep Purple). Dalam dua album itu, Nauseef telah memasuki fase bermusik world music ala Peter Gabriel tahun 1980-an.

Dalam album Wun Wun, ada lagu berjudul Indonesia. Karena ingin mengetahui penafsiran musikal Nauseef tentang Indonesia, saya menyimaknya. Komposisi berdurasi 10 menit ini terdiri dari dua bagian utama. Pertama, sitar Jepang yang dipetik distortif, berulang-ulang, ditingkahi dengan gebukan drum bebas, lalu lamat-lamat terdengar vocal tembang Jawa yang dilantunkan laki-laki seperti dalam adegan wayang kulit: "Romo..., romo... dst." Kadang ada tone piano yang masuk. Lalu bagian kedua, percakapan sitar Jepang dengan raungan gitar elektrik yang meneriakkan melodi rock, ditingkahi drum dan kadang ada bunyi bonang.

Dalam album Dark, ada lagu berjudul Heavy Metal -- yang mengasosiasikan musik cadas, tapi ternyata bernuansa Jawa sekali. Seorang wanita menembangkan uro-uro (istilah musik Jawa) yang diiringi gamelan. Melodi Jawa itu kemudian dilapisi bunyi synthesizer seperti pedal yang anteb begitu. Di bagian reffrain, irama berpindah yang diisi dengan gebukan drum, cabikan bass fretless, dan vokal sinden lamat-lamat. Di bagian ujung, terdengar irama jazz, dan ditutup dengan musik eksperimental.

Bila suatu saat Indonesia mulai bisa mengapresiasi peran musisi internasional dalam berkesperimen musik dengan gamelan Jawa, Bali, Sunda dan lain-lain, menurut saya nama Nauseef harus masuk dalam jajaran itu. Nauseef layak masuk di jajaran komposer dunia yang mencoba bereksperimen musik dengan gamelan sebagai bagian dari eksplorasi musik, seperti yang dirintis oleh Colin McPhee, komponis asal Kanada.*

Friday 16 November 2007

Penari Jalang Duo Kribo



Menyimak lagu Penari Jalang dari Duo Kribo telinga saya terasa gatel. Isi liriknya mereportasekan penari jalang di tempat hiburan malam. Dalam benak saya, pesan apa yang ingin disampaikan Ian Antono dan Ahmad Albar sebagai pencipta lagu waktu itu? O, mungkin saja mereka sekadar ingin mereportasekan tingkah penari jalang -- yang kebetulan cocok dengan gaya hidup kedua penyanyi musik keras tersebut pada waktu itu. Mungkin saja. *

Koleksi:
1. Kaset: Duo Kribo, album Volume II, produksi Rolex tanpa tahun. Isi album; Side A: Pelacur tua; Hidup Sederhana; Penari jalang; Pacaran; Menunggu; Tertipu lagi; Rumah hantu; Fajar menikam; Hujan. Side B: Tujuh lagu karya Donny G and the Road.

Keroncong Melayu Rhoma


Rhoma Irama pernah membuat eksperimen musik yang sebetulnya unik, yaitu mencampurkan antara musik Melayu (belakangan disebut dangdut) dan keroncong. Lagu itu berjudul Keroncong Melayu yang terdapat pada album berjudul "Gelandangan". Vokal Melayu Oma yang tak bisa diubah menjadi keroncong dalam lagu itu berusaha meniru cengkok keroncong. Oma kan orang Sunda, sementara keroncong cenderung dekat ke budaya Jawa tengah dan timur. Mengapa eksperimen ini tak dikembangkan Oma pada fase berikutnya? Alih-alih membesarkan keroncong, dia malah membesarkan musik rock yang dikawinkan dengan dangdut. *

Koleksi:
1. Kaset: O.M. Soneta (Oma Irama dan Elvy Sukaesih), album (volume 2) Penasaran dan Kelana 3, tanpa nama perusahaan rekaman dan tanpa tahun. Isi album; Side A: Penasaran; Kejam; Kelana 3; Asam garam; Engkau; Kubawa; Gembala; Rujuk; Teman; Satu Antara Dua. Side B: Gelandangan; Keroncong Melayu; Hidung belang; Cinta abadi; Sakit hati; Malang; Jakarta; Wahai kaumku; Mari-mari; Camelia.

Begadang Rhoma Beneran?


Seorang kolektor kaset jadul dangdut pernah bilang kepada saya di Taman Puring Jakarta pada November 2007 bahwa karya Rhoma Irama yang lama direkam oleh Yukawi Records. Tapi di pasar saya membeli album Begadang dari O.M. Soneta (Oma Irama - Elvy Sukaesih) produksi Iraco. Apa mungkin penyanyi pada masa itu bisa merekam karya mereka di lebih dari satu perusahaan rekaman? *

Koleksi:
1. Kaset: Oma Irama, album Begadang, produksi Iraco (tanpa tahun). Isi album: Begadang; Sengaja; Sampai Pagi; Tung Keripit; Cinta Pertama; Kampungan; Yale le; Tak Tega; Sedingin Salju; Sya la la. Pada Side B: lagu-lagu O.M. Sagita karya Megi Z dan Anna B.

Tuesday 13 November 2007

Pantai Pattaya Dara Puspita


Dara Puspita bisa dibilang grup rock yang beranggotakan musisi wanita pertama di Indonesia. Salah satu lagu yang menjadi hit pada masanya adalah lagu Pantai Pattaya. Lagu ini berirama rock cenderung ngepop. Band ini tampak mencoba mengadop musik rock and roll yang sedang populer pada zamannya, walau pun dengan skill bermusik standar. Cuma kelebihan band ini, karena mereka mampu menghasilkan lagu yang cacthy di telinga.

Walau pun hanya memperoleh satu lagu Dara Puspita di antara deretan lagu jaman dulu yang terkoleksi dalam Album Kenangan Lama Vol. 2 Ida Royani, saya merasa cukup beruntung memperoleh kaset lama ini. Anehnya, lagu Ida Royani sendiri malah nggak ada di sini. Aya-aya wae orang jaman dulu. *

Koleksi:
1. Album Kenangan Lama Vol. 2 Ida Royani. Isi album antara lain: Kasih Pertama (Ernie Djohan), Berikan Daku Jawaban (T. Subardjo), Janjimu (idem), Lagu Untukmu (Alfian), dan seluruh Side B berisi lagu-lagu Ernie Djohan).

Dari Filipina untuk Dunia

Musik pop dari Filipina harus diakui lebih dulu mendunia daripada musik pop Indonesia. Nama-nama penyanyi seperti Freddy Aguilar, Jose Mari Chan, Lea Salonga, dan band Side A telah dikenal dunia. Beberapa lagu mereka nyaris menjadi lagu abadi yang didengar orang sepanjang masa. Contohnya, About Father dari Freddy Aguilar. Lagu ini bisa dijajarkan dengan lagu-lagu folksong lain seperti Morning has broken dari Cat Steven, Dust in The Wind dari Kansas, Rain dari Jose Feliciano.

Faktor apa yang membuat musisi Filipina bisa memiliki karya musik yang bisa mendunia? Ada beberapa kemungkinan. Salah satunya karena faktor kedekatan budaya Filipina modern dengan Amerika Serikat. Maklum, Amerika pernah memiliki pangkalan militer di Filipina pada era Marcos yang memungkinkan orang Filipina menjadi "gaul" dengan selera musik Amerika. Karena faktor sejarah itu, banyak orang Filipina yang merasa teramerikanisasi. *

Koleksi:
1. The Best of Country and Folk, produksi Aquarius, 1980.
2. Side A, album For Ever, produksi Warner Filipina, 1990-an
3. Side A, album Until Then, produksi Warner Filipina, 1990-an

Sunday 11 November 2007

D'lloyd Pop Melayu Vol 1


Pada era 1970-an, sejumlah grup musik pop Indonesia menerbitkan album pop melayu. Grup -grup seperti Koes Plus, Bimbo, Mercy's, D'lloyd, dan Favourite's adalah kelompok band yang sudah eksis di jalur musik pop, namun toh mereka berkarya juga di jalur non pop. Ini ciri yang unik dari grup band pada era itu, kecenderungan yang tak dilakukan oleh grup-grup band -- paling tidak era 2000-an seperti Padi, Jikustik, Sheila, dan lain-lain. Grup Matta yang menghasilkan hit Kamu Ketahuan malah terkesan "berseteru" dengan penyanyi lain yang menyanyikan lagu yang sama dengan irama dangdut.

Pada era musik "ogah dangdut" sekarang, kemunculan lagu Nakal dari grup band Gigi yang bernuansa dangdut menjadi nilai lebih tersendiri bagi grup Dewa Bujana dan Armand Maulana itu. Apalagi dangdut garapan Gigi tidak seperti dangdut klasik ala Rhoma, atau dangdut progresif ala Evie Tamala. Lagu Nakal lebih dekat ke eskperimen dangdutnya Erwin Gutawa dalam lagu Mari Berjoged (Koes Plus). Apakah bila grup band pop sekarang menyanyikan lagu Melayu ala D'lloyd bakalan tak laku? *

Koleksi:
1. Kaset: D'lloyd, album Pop Melayu Vol 1, produksi Disco Records, Jakarta, 1980. Daftar lagu: Ampunkan Segala Dosa; Pilu; Bunga Nirwana, Bulan Purnawa, Semalam di Malaya, Mariana, Keagungan Tuhan, Mari Berjoged, Cinta Hampa; Sayang-sayang; Malam Penuh Kenangan, Cinta, Harta Karun; Karena Nenek; Diriku Jadi Korban; Jangan Mengharap.

2. Kaset: Pop Melayu Pilihan, produksi Remaco, isi album: Musyafir (Panbers), Kisah Burng Kenari (Madesa), Curi Pandang (Trio the King), Kegagalan Cinta (Grace Simon), Bingung (Eddy S), Burung dalam sangkar (Madesa), Hitem Manis (A Riyanto), Bunga Mawar (Mecys), Dangdut (Oma, maksudnya Terajana), Begadang (Favourites Group), Pegang 2 Tali (Muchsin), Keagungan Tuhan (Titik S).

Koes Bersaudara Perdana


Tony Koeswoyo dan Koes Plus lebih bertangan dingin dibandingkan Nomo Koeswoyo. Buktinya, Koes Plus yang tanpa Nomo Koeswoyo lebih meraup sukses dibandingkan Nomo Koeswoyo yang sekeluar dari Koes Bersaudara "Kedua" mendirikan grup No Koes.

Grup musik sekeluarga ini pada awalnya mendirikan grup dengan nama Koes Bersaudara pada 1960-an. Lagu-lagunya yang berkiblat pada Beatles membuat rezim Orde Lama melarangnya, karena alasan politik kebudayaan. Pada album kesekian Koes Plus, Nomo keluar dari grup. Beberapa waktu kemudian Nomo masuk lagi dan mengeluarkan album "Seri Perdana Koes Bersaudara". Album ini berisi hits antara lain: Kembali, Haru dan Bahagia, Cepat, Malam Resah, Ayah, dan Sita Satu Satu.

Saya mempunyai album "Seri Perdana Koes Bersaudara " yang saya beli di Taman Puring Jakarta pada 2007. Album produksi Remaco tak bertahun terbit. Di sisi B, terdapat lagu-lagu hits dari grup lain : Kuburan Tua (Bimbo), Liku-Liku Laki-laki (masih Koes Plus), dan Oom Boyke (Bimbo). Pelajaran apa yang bisa dipetik dari perjalanan Nomo vis a vis Koes Plus ini? *

Koleksi:
1. Kaset: Koes Bersaudara, album Seri Perdana, produksi Remaco
2. Kaset: Koes Bersaudara, album Angin Laut, produksi Remaco
3. PH: Kus Bersaudara, album tanpa nama (lagu dara Manisku dll), produksi Irama

Friday 9 November 2007

Adakah Ongen


Sebuah majalah berita dalam kaitan kasus Polycarpus-Munir pernah menyebut bahwa Ongen Latuihamallo adalah penyanyi daerah, atau paling tidak penyanyi lagu-lagu religius. Pada September 2007, saya membeli album berjudul Bersatu dalam Damai oleh penyanyi Utha Likumahuwa, produksi Jackson Record, 1981.

Salah satu lagu dalam album tersebut yang berjudul Adakah ditulis oleh Ongen Latuihamallo. Lagu tersebut niscaya dikenal kalangan penggemar lagu Utha, karena catchy, jazzzy renyah, dan mewakili musik pada zamannya. Lagu itu diletakkan di urutan kedua setelah lagu Dengarlah Suara Kami. Sementara lagu di urutan ketiga berjudul Esok Kan Masih Ada karya Dodo Zakaria. Lagu Dodo ini ngehits dan salah satu lagu yang identik dengan nama Utha, karena vocalnya pas dengan jenis lagunya.

Mendengar kualitas lagu Ongen, dan konstelasi pencipta lagu dalam album ini (Dodo Zakaria, Rully Johan, Sam Bobo dan lain-lain), menurut saya Ongen termasuk pencipta lagu papan atas pada zamannya. *

Sapiku Titik Puspa


Penyanyi dan pencipta lagu legendaris Titik Puspa merayakan ulangtahunnya yang ke-70 dengan berbagai acara yang bermakna pada 1 November 2007. Majalah Tempo menurunkan tulisan sepanjang tiga halaman -- hal yang cukup istimewa. Dari sana saya mengintip kunci karya Titik Puspa, antara lain Gang Kelinci (alhamdulilah saya punya kaset Lilis Surjani), dan Bing (kayaknya saya juga punya).

Saya pernah membeli beberapa kaset Bunda Titik dari pasar barang bekas di Jogja dari Januari 2007 hingga November 2007. Salah satu kaset yang berisi album penuh adalah Sapiku. Lagu-lagu yang ngehits antara lain Gadis, Dansa yuk Dansa, dan Adinda (yang lebih populer dinyanyikan Bimbo). Sebuah piringan hitam berjudul Si Hitam saya miliki sejak 2002 -- yang dibeli di pasar jalan Surabaya Jakarta. Karya-karya Bunda Titik layak dirawat dan dikoleksi. Karya-karyanya sederhana, cacthy dan melodius. *

Piringan Dian Pramana



Pada September 2007, saya memperoleh dua piringan hitam album karya penyanyi Dian Pramana Putra berlabel Indonesian Jazz Vocal, dan label yang sama dengan tambahan keterangan (Volume 2). Keduanya produksi JK Records. Piringan itu saya beli dan saya peroleh di kios kaset jadul di pasar Taman Puring Jakarta selatan.

Saya terkejut ketika melihat dua piringan itu, sebab dua album itu lebih dikenal dalam format kaset. Saya dulu pernah membeli kaset album perdana Dian pada tahun 1980-an, tapi kemudian hilang. Pada 1990-an saya kembali memperoleh kaset itu di pasar kaset jadul di jalan Dewi Sartika Bandung. Awal November lalu saya membeli album kedua Dian di pasar barang bekas di jalan Mangkubumi Jogja, setelah mengetahui melalui temuan piringan hitam itu bahwa Indonesian Jazz Vocal karya Dian terdiri dari dua album. Jenis musik keduanya memang sewarna, yang berbeda dengan Dian versi pop progresif yang melambungkan namanya kemudian. *

Koleksi: Piringan hitam dan kaset Dian Pramana Putra Indonesian Jazz Vocal album perdana dan kedua (Intermezzo).

Tuesday 23 October 2007

Masterpiece Dodo Zakaria

Kunci Karya: Aku Cinta Kepadamu

Tiga hari sebelum pencipta lagu Indonesia terkemuka Dodo Zakaria meninggal, saya dihubungi Oman, anggota Komunitas Pecinta Musik Indonesia (KPMI) yang memperoleh pesan pendek (sms) dari keluarga Dodo Zakaria. Mereka meminta kepada rekan-rekannya agar memaafkan kang Dodo yang sedang terbaring sakit. Informasi itu saya teruskan ke kolega kerja saya di media, maksudnya agar segera diwartakan.

Tiga hari berlalu, berita soal kang Dodo itu tak juga muncul di media saya, dan pada Senin malam (22 Oktober 2007), teman saya yang saya beritahukan soal kondisi Dodo tersebut, memberitahukan bahwa Dodo meninggal dunia. Teman saya tidak berhasil menghubungi keluarga almarhum Dodo. “Soalnya, nomor hp yang Anda berikan tidak nyambung terus,” kata teman saya.

Saya belum pernah melihat wajah kang Dodo, namun saya merasa dekat secara emosional. Sebagai orang yang pernah membuat komposisi musik walau belum laku dan belum dikenal, saya merasakan betapa dunia penciptaan lagu adalah dunia yang istimewa. Proses penciptaan lagu adalah proses spiritual yang tak semua orang bisa melakukannya. Selain itu, harus diakui bahwa ada lagu kang Dodo yang sangat “menghantui” saya. Berdasarkan kedekatan platonik itu, saya berusaha berbuat untuk kang Dodo sebetapa pun kecilnya.

Lagu-lagu kang Dodo umumnya riang, ceria dan berlirik kuat. Contohnya, lagu Kumpul Bocah, Di Dadaku Ada Kamu, Putus Saja dan lain-lain. Lagu-lagunya yang kuat tak hanya dinyanyikan Vina Panduwinata. Dian Pramana Putra juga menyanyikan lagu Putus Saja. Utha Likumahua menyanyikan lagu Akira. Kang Dodo sendiri pernah menerbitkan album pribadi berjudul Malissa yang diedarkan Aquarius pada 1981. Lima dari delapan lagu ia nyanyikan sendiri, atau duet bersama Vina Panduwinata.

Namun secara pribadi, saya sangat terkesan dengan lagu Aku Cinta Kepadamu dalam album Cinta oleh Vina Panduwinata terbitan Jackson Record pada 1985. Lagu ini diaransir oleh Addie MS yang aransemennya bertekstur. Permainan piano kang Dodo terdengar mengalir seperti lagu Sendiri karya Guruh Sukarno Putra — yang diaransir dan pianonya dimainkan Addie MS. Tentu bukan kebetulan kalau kedua lagu itu sama menggetarkan — keduanya diaransir oleh Addie MS. Menurut saya lagu kang Dodo yang melo dan lembut ini adalah masterpiecenya dan kunci karya untuk memasuki dunia Dodo Zakaria.

Semoga amal kang Dodo diterima Tuhan. *

Monday 15 October 2007

Gang Kelinci Lilis



Penyanyi pop tahun 60-an Lilis Surjani yang meninggal dunia pada Ahad, 7 oktober 2007, memiliki suara wanita khas era itu. Saya beruntung mempunyai beberapa kasetnya yang asli dan pernah mendengarkan lagunya yang menggetarkan Genjer-genjer — yang terdengar getir di telinga generasi pasca Orde Lama karena kaitannya dengan sejarah kelam Indonesia.

Sehari sebelum Lilis meninggal, saya kebetulan membeli kaset loakan di jalan Mangkubumi Jogjakarta kaset berjudul Album Kenangan Dari Lilis Surjani, produksi Ira Record, alias Irama Mas. Album itu berisi 23 lagu, berikut rinciannya:

1. Gelombang Alun
2. Gg. Kelinci
3. Asmara
4. Hari Ulang Tahun
5. Terbang Lalat
6. Kisah Ali Baba
7. Tandak Tambas
8. Rumahku
9. Minggu Lalu
10. Hantu
11. Tirtonadi
12. Seringgit Dua Kupang
13. Air Mata
14. Burung Kenari
15. Pulau Kayangan
16. Bemo
17. Keliling Dunia
18. Doa untuk mu
19. Raja Muda
20. Suratmu Kubalas
21. Ku Telah Berdoa
22. Kasih dan Cinta
23. Lenggang Kangkung

Lilis Surjani niscaya termasuk penyanyi yang bersejarah. Selain karena kekhasan suaranya, lagu-lagunya banyak yang menjadi hits seperti Gang Kelintji dan Genjer-genjer. Saya mendengarkan Genjer-genjer versi Lilis Surjani (aslinya dinyanyikan Bing Slamet) dari unduhan MP3 di sebuah situs internet. Semoga amal penyanyi ini diterima oleh Tuhan. *

Album Perdana Soneta


Mandul dan Ke Monas

Saya ingin buru-buru mencatat kegiatan libur saya pada 7 hingga 10 September 2007. Menjelang berangkat ke Jakarta dari Jogja dengan menumpang kereta api Bima jam 22.00, ada waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk menunggu. Waktu sebentar itu saya gunakan untuk berjalan-jalan di pasar loak malam jalan Mangkubumi, hanya 100 meter dari stasiun Tugu. Itulah kali pertama saya melihat materi jualan pasar loak. Walau banyak aneka dagangan barang bekas, tujuan saya hanya satu mencari kaset lama.

Alhamdulilah saya menemukan dua pedagang kaset lama yang memiliki koleksi kaset yang saya cari. Salah satu yang menurut saya langka dan berharga adalah kaset berjudul Album O.M. Soneta Vol. 1 bergambar Oma Irama muda bermain gitar dan mengenakan headphone di telinganya. Album produksi Remaco dan didistribusikan oleh perusahaan Pulau Bali (tanpa tahun) itu berisi 10 lagu karya Oma Irama pada Side A. Sedang Side B berisi 9 lagu dari O.M. Omega.

Lagu-lagu Oma tersebut antara lain Ke Monas, 17 Tahun, Kuda Lumping dan Mandul. Keempat lagu tersebut disebut, karena hanya empat itulah yang masih bisa saya ingat melodinya, walaupun sisanya juga cukup dikenal. Lagu “Ke Monas” bagi saya yang kurang pergaulan, memberitahukan bahwa dulu Monas memiliki air mancur yang bisa menari. Air mancur “menari” itu selama beberapa tahun tak terdengar, baru belakangan Gubernur Sutiyoso merenovasinya kembali. Air mancur Monas itu sekarang bisa menari, dengan tata lampu yang gebyar, dan menjadi obyek wisata kembali.

Karya Oma Irama sejak album volume I ini harus diakui berkarakter kuat dan gampang nyantol di kuping. Sebagai pencipta lagu, Oma Irama harus diakui memang jago dari sononya. Walau popularitas Oma Irama sebagai pribadi kini agak pudar, karena tingkah politik dan affair pribadinya, namun Oma sebagai pencipta lagu, harus diakui memang jagonya. *

Monday 13 August 2007

Indonesia Raya


Indonesia Raya

Di tengah ramai berita tentang Indonesia Raya versi asli, ngomong-ngomong saya ternyata juga mempunyai piringan hitam Indonesia Raya.

Title: Tanpa Judul
Songs: 1. Pidato Proklamasi Presiden Soekarno
2. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (WR Supratman)
3. Satu Nusa Satu Bangsa (L Manik), paduan suara PPKI diiringi Orkes Studio Djakarta dbp RAJ Soedjasmin

Publisher: RRI Recording Departement, Lokananta, 78

Tuesday 29 May 2007

Indonesia/Kasidah

Kasidah

1. Artist: Bimbo
Title: "Jangan Tolak Kenikmatan" (Untitled)
Publisher: Remaco (1978)

Indonesia/Pop



Pop

1. Artist: Yanti Bersaudara
Title: "Abu Nawas"
Publisher: ?

2. Artist: Oslan Husein
Title: "Kasih Tak Sampai"
Publisher: Irama

3. P. Ramlee
Title: Rayuan Ramlee
Including "Engkau Laksana Bulan"
Publisher: Parlophone (50-ies)

4. Artist: Panbers
Title: Kali Ciliwung
Publisher: Mesra (1982)

5. Artist: Titik Puspa
Title: Si Hitam
Publisher: Irama

6. Artist: De Hand's
Title: Hallo Sayang
Publisher: Indra

7. Artist: Bimbo
Title: "Bulan Merah (Untitled)
Publisher: Remaco

8. Artist: Bimbo
Title: Mawar Telanjang
Publisher: Remaco

9. Artist: Bimbo
Title: "Flamboyant"
Publisher: Remaco

10. Artist: Yockie
Title: Gemuruh
Publisher: Musica

11. Artist: Eros Jarot
Title: Kembalikan Masa Depanku
Publisher: Musica (1983)

Indonesia/Tembang Jawa


Tembang Jawa

1. Artist: Waldjinah
Title: Putri Solo
Publisher: Elshinta

Monday 9 April 2007

Collection of Singles 1






Singles (45 rpm)

1. Eltohn John
Title: Princess (pop)
Publisher: The Rocket Record Company (87)

2. Gerry Rafferty
Title: Sleep Walking
Publisher: Liberty

3. Toto
Title: Rosanna
Publisher: CBS (1982)

4. Freiheit, with London Symphony Orchestra
Title: Keeping The Dream Alive
Publisher: CBS (1988)

5. Orchestral Manouvers in The Dark
Title: Souvenir
Publisher: Virgin (1981)

6. Nazareth
Title: Dream On
Publisher: Vertigo (1982)

7. Rick Springfield
Title: Don't Talk to Strangers
Publisher: RCA (1982)

8. Laurie Anderson
Title: O Superman
Publisher: Warner Bros (1981)

9. Gino Vanelli
Title: The Longer You wait
Publisher: Arista (1982)

10. Steve Hackett
Title: The Show
Publisher: Charisma (1980)