Showing posts with label sang dairi. Show all posts
Showing posts with label sang dairi. Show all posts

Tuesday, 13 November 2007

Pantai Pattaya Dara Puspita


Dara Puspita bisa dibilang grup rock yang beranggotakan musisi wanita pertama di Indonesia. Salah satu lagu yang menjadi hit pada masanya adalah lagu Pantai Pattaya. Lagu ini berirama rock cenderung ngepop. Band ini tampak mencoba mengadop musik rock and roll yang sedang populer pada zamannya, walau pun dengan skill bermusik standar. Cuma kelebihan band ini, karena mereka mampu menghasilkan lagu yang cacthy di telinga.

Walau pun hanya memperoleh satu lagu Dara Puspita di antara deretan lagu jaman dulu yang terkoleksi dalam Album Kenangan Lama Vol. 2 Ida Royani, saya merasa cukup beruntung memperoleh kaset lama ini. Anehnya, lagu Ida Royani sendiri malah nggak ada di sini. Aya-aya wae orang jaman dulu. *

Koleksi:
1. Album Kenangan Lama Vol. 2 Ida Royani. Isi album antara lain: Kasih Pertama (Ernie Djohan), Berikan Daku Jawaban (T. Subardjo), Janjimu (idem), Lagu Untukmu (Alfian), dan seluruh Side B berisi lagu-lagu Ernie Djohan).

Dari Filipina untuk Dunia

Musik pop dari Filipina harus diakui lebih dulu mendunia daripada musik pop Indonesia. Nama-nama penyanyi seperti Freddy Aguilar, Jose Mari Chan, Lea Salonga, dan band Side A telah dikenal dunia. Beberapa lagu mereka nyaris menjadi lagu abadi yang didengar orang sepanjang masa. Contohnya, About Father dari Freddy Aguilar. Lagu ini bisa dijajarkan dengan lagu-lagu folksong lain seperti Morning has broken dari Cat Steven, Dust in The Wind dari Kansas, Rain dari Jose Feliciano.

Faktor apa yang membuat musisi Filipina bisa memiliki karya musik yang bisa mendunia? Ada beberapa kemungkinan. Salah satunya karena faktor kedekatan budaya Filipina modern dengan Amerika Serikat. Maklum, Amerika pernah memiliki pangkalan militer di Filipina pada era Marcos yang memungkinkan orang Filipina menjadi "gaul" dengan selera musik Amerika. Karena faktor sejarah itu, banyak orang Filipina yang merasa teramerikanisasi. *

Koleksi:
1. The Best of Country and Folk, produksi Aquarius, 1980.
2. Side A, album For Ever, produksi Warner Filipina, 1990-an
3. Side A, album Until Then, produksi Warner Filipina, 1990-an

Sunday, 11 November 2007

D'lloyd Pop Melayu Vol 1


Pada era 1970-an, sejumlah grup musik pop Indonesia menerbitkan album pop melayu. Grup -grup seperti Koes Plus, Bimbo, Mercy's, D'lloyd, dan Favourite's adalah kelompok band yang sudah eksis di jalur musik pop, namun toh mereka berkarya juga di jalur non pop. Ini ciri yang unik dari grup band pada era itu, kecenderungan yang tak dilakukan oleh grup-grup band -- paling tidak era 2000-an seperti Padi, Jikustik, Sheila, dan lain-lain. Grup Matta yang menghasilkan hit Kamu Ketahuan malah terkesan "berseteru" dengan penyanyi lain yang menyanyikan lagu yang sama dengan irama dangdut.

Pada era musik "ogah dangdut" sekarang, kemunculan lagu Nakal dari grup band Gigi yang bernuansa dangdut menjadi nilai lebih tersendiri bagi grup Dewa Bujana dan Armand Maulana itu. Apalagi dangdut garapan Gigi tidak seperti dangdut klasik ala Rhoma, atau dangdut progresif ala Evie Tamala. Lagu Nakal lebih dekat ke eskperimen dangdutnya Erwin Gutawa dalam lagu Mari Berjoged (Koes Plus). Apakah bila grup band pop sekarang menyanyikan lagu Melayu ala D'lloyd bakalan tak laku? *

Koleksi:
1. Kaset: D'lloyd, album Pop Melayu Vol 1, produksi Disco Records, Jakarta, 1980. Daftar lagu: Ampunkan Segala Dosa; Pilu; Bunga Nirwana, Bulan Purnawa, Semalam di Malaya, Mariana, Keagungan Tuhan, Mari Berjoged, Cinta Hampa; Sayang-sayang; Malam Penuh Kenangan, Cinta, Harta Karun; Karena Nenek; Diriku Jadi Korban; Jangan Mengharap.

2. Kaset: Pop Melayu Pilihan, produksi Remaco, isi album: Musyafir (Panbers), Kisah Burng Kenari (Madesa), Curi Pandang (Trio the King), Kegagalan Cinta (Grace Simon), Bingung (Eddy S), Burung dalam sangkar (Madesa), Hitem Manis (A Riyanto), Bunga Mawar (Mecys), Dangdut (Oma, maksudnya Terajana), Begadang (Favourites Group), Pegang 2 Tali (Muchsin), Keagungan Tuhan (Titik S).

Koes Bersaudara Perdana


Tony Koeswoyo dan Koes Plus lebih bertangan dingin dibandingkan Nomo Koeswoyo. Buktinya, Koes Plus yang tanpa Nomo Koeswoyo lebih meraup sukses dibandingkan Nomo Koeswoyo yang sekeluar dari Koes Bersaudara "Kedua" mendirikan grup No Koes.

Grup musik sekeluarga ini pada awalnya mendirikan grup dengan nama Koes Bersaudara pada 1960-an. Lagu-lagunya yang berkiblat pada Beatles membuat rezim Orde Lama melarangnya, karena alasan politik kebudayaan. Pada album kesekian Koes Plus, Nomo keluar dari grup. Beberapa waktu kemudian Nomo masuk lagi dan mengeluarkan album "Seri Perdana Koes Bersaudara". Album ini berisi hits antara lain: Kembali, Haru dan Bahagia, Cepat, Malam Resah, Ayah, dan Sita Satu Satu.

Saya mempunyai album "Seri Perdana Koes Bersaudara " yang saya beli di Taman Puring Jakarta pada 2007. Album produksi Remaco tak bertahun terbit. Di sisi B, terdapat lagu-lagu hits dari grup lain : Kuburan Tua (Bimbo), Liku-Liku Laki-laki (masih Koes Plus), dan Oom Boyke (Bimbo). Pelajaran apa yang bisa dipetik dari perjalanan Nomo vis a vis Koes Plus ini? *

Koleksi:
1. Kaset: Koes Bersaudara, album Seri Perdana, produksi Remaco
2. Kaset: Koes Bersaudara, album Angin Laut, produksi Remaco
3. PH: Kus Bersaudara, album tanpa nama (lagu dara Manisku dll), produksi Irama

Friday, 9 November 2007

Adakah Ongen


Sebuah majalah berita dalam kaitan kasus Polycarpus-Munir pernah menyebut bahwa Ongen Latuihamallo adalah penyanyi daerah, atau paling tidak penyanyi lagu-lagu religius. Pada September 2007, saya membeli album berjudul Bersatu dalam Damai oleh penyanyi Utha Likumahuwa, produksi Jackson Record, 1981.

Salah satu lagu dalam album tersebut yang berjudul Adakah ditulis oleh Ongen Latuihamallo. Lagu tersebut niscaya dikenal kalangan penggemar lagu Utha, karena catchy, jazzzy renyah, dan mewakili musik pada zamannya. Lagu itu diletakkan di urutan kedua setelah lagu Dengarlah Suara Kami. Sementara lagu di urutan ketiga berjudul Esok Kan Masih Ada karya Dodo Zakaria. Lagu Dodo ini ngehits dan salah satu lagu yang identik dengan nama Utha, karena vocalnya pas dengan jenis lagunya.

Mendengar kualitas lagu Ongen, dan konstelasi pencipta lagu dalam album ini (Dodo Zakaria, Rully Johan, Sam Bobo dan lain-lain), menurut saya Ongen termasuk pencipta lagu papan atas pada zamannya. *

Sapiku Titik Puspa


Penyanyi dan pencipta lagu legendaris Titik Puspa merayakan ulangtahunnya yang ke-70 dengan berbagai acara yang bermakna pada 1 November 2007. Majalah Tempo menurunkan tulisan sepanjang tiga halaman -- hal yang cukup istimewa. Dari sana saya mengintip kunci karya Titik Puspa, antara lain Gang Kelinci (alhamdulilah saya punya kaset Lilis Surjani), dan Bing (kayaknya saya juga punya).

Saya pernah membeli beberapa kaset Bunda Titik dari pasar barang bekas di Jogja dari Januari 2007 hingga November 2007. Salah satu kaset yang berisi album penuh adalah Sapiku. Lagu-lagu yang ngehits antara lain Gadis, Dansa yuk Dansa, dan Adinda (yang lebih populer dinyanyikan Bimbo). Sebuah piringan hitam berjudul Si Hitam saya miliki sejak 2002 -- yang dibeli di pasar jalan Surabaya Jakarta. Karya-karya Bunda Titik layak dirawat dan dikoleksi. Karya-karyanya sederhana, cacthy dan melodius. *

Piringan Dian Pramana



Pada September 2007, saya memperoleh dua piringan hitam album karya penyanyi Dian Pramana Putra berlabel Indonesian Jazz Vocal, dan label yang sama dengan tambahan keterangan (Volume 2). Keduanya produksi JK Records. Piringan itu saya beli dan saya peroleh di kios kaset jadul di pasar Taman Puring Jakarta selatan.

Saya terkejut ketika melihat dua piringan itu, sebab dua album itu lebih dikenal dalam format kaset. Saya dulu pernah membeli kaset album perdana Dian pada tahun 1980-an, tapi kemudian hilang. Pada 1990-an saya kembali memperoleh kaset itu di pasar kaset jadul di jalan Dewi Sartika Bandung. Awal November lalu saya membeli album kedua Dian di pasar barang bekas di jalan Mangkubumi Jogja, setelah mengetahui melalui temuan piringan hitam itu bahwa Indonesian Jazz Vocal karya Dian terdiri dari dua album. Jenis musik keduanya memang sewarna, yang berbeda dengan Dian versi pop progresif yang melambungkan namanya kemudian. *

Koleksi: Piringan hitam dan kaset Dian Pramana Putra Indonesian Jazz Vocal album perdana dan kedua (Intermezzo).

Tuesday, 23 October 2007

Masterpiece Dodo Zakaria

Kunci Karya: Aku Cinta Kepadamu

Tiga hari sebelum pencipta lagu Indonesia terkemuka Dodo Zakaria meninggal, saya dihubungi Oman, anggota Komunitas Pecinta Musik Indonesia (KPMI) yang memperoleh pesan pendek (sms) dari keluarga Dodo Zakaria. Mereka meminta kepada rekan-rekannya agar memaafkan kang Dodo yang sedang terbaring sakit. Informasi itu saya teruskan ke kolega kerja saya di media, maksudnya agar segera diwartakan.

Tiga hari berlalu, berita soal kang Dodo itu tak juga muncul di media saya, dan pada Senin malam (22 Oktober 2007), teman saya yang saya beritahukan soal kondisi Dodo tersebut, memberitahukan bahwa Dodo meninggal dunia. Teman saya tidak berhasil menghubungi keluarga almarhum Dodo. “Soalnya, nomor hp yang Anda berikan tidak nyambung terus,” kata teman saya.

Saya belum pernah melihat wajah kang Dodo, namun saya merasa dekat secara emosional. Sebagai orang yang pernah membuat komposisi musik walau belum laku dan belum dikenal, saya merasakan betapa dunia penciptaan lagu adalah dunia yang istimewa. Proses penciptaan lagu adalah proses spiritual yang tak semua orang bisa melakukannya. Selain itu, harus diakui bahwa ada lagu kang Dodo yang sangat “menghantui” saya. Berdasarkan kedekatan platonik itu, saya berusaha berbuat untuk kang Dodo sebetapa pun kecilnya.

Lagu-lagu kang Dodo umumnya riang, ceria dan berlirik kuat. Contohnya, lagu Kumpul Bocah, Di Dadaku Ada Kamu, Putus Saja dan lain-lain. Lagu-lagunya yang kuat tak hanya dinyanyikan Vina Panduwinata. Dian Pramana Putra juga menyanyikan lagu Putus Saja. Utha Likumahua menyanyikan lagu Akira. Kang Dodo sendiri pernah menerbitkan album pribadi berjudul Malissa yang diedarkan Aquarius pada 1981. Lima dari delapan lagu ia nyanyikan sendiri, atau duet bersama Vina Panduwinata.

Namun secara pribadi, saya sangat terkesan dengan lagu Aku Cinta Kepadamu dalam album Cinta oleh Vina Panduwinata terbitan Jackson Record pada 1985. Lagu ini diaransir oleh Addie MS yang aransemennya bertekstur. Permainan piano kang Dodo terdengar mengalir seperti lagu Sendiri karya Guruh Sukarno Putra — yang diaransir dan pianonya dimainkan Addie MS. Tentu bukan kebetulan kalau kedua lagu itu sama menggetarkan — keduanya diaransir oleh Addie MS. Menurut saya lagu kang Dodo yang melo dan lembut ini adalah masterpiecenya dan kunci karya untuk memasuki dunia Dodo Zakaria.

Semoga amal kang Dodo diterima Tuhan. *

Monday, 15 October 2007

Gang Kelinci Lilis



Penyanyi pop tahun 60-an Lilis Surjani yang meninggal dunia pada Ahad, 7 oktober 2007, memiliki suara wanita khas era itu. Saya beruntung mempunyai beberapa kasetnya yang asli dan pernah mendengarkan lagunya yang menggetarkan Genjer-genjer — yang terdengar getir di telinga generasi pasca Orde Lama karena kaitannya dengan sejarah kelam Indonesia.

Sehari sebelum Lilis meninggal, saya kebetulan membeli kaset loakan di jalan Mangkubumi Jogjakarta kaset berjudul Album Kenangan Dari Lilis Surjani, produksi Ira Record, alias Irama Mas. Album itu berisi 23 lagu, berikut rinciannya:

1. Gelombang Alun
2. Gg. Kelinci
3. Asmara
4. Hari Ulang Tahun
5. Terbang Lalat
6. Kisah Ali Baba
7. Tandak Tambas
8. Rumahku
9. Minggu Lalu
10. Hantu
11. Tirtonadi
12. Seringgit Dua Kupang
13. Air Mata
14. Burung Kenari
15. Pulau Kayangan
16. Bemo
17. Keliling Dunia
18. Doa untuk mu
19. Raja Muda
20. Suratmu Kubalas
21. Ku Telah Berdoa
22. Kasih dan Cinta
23. Lenggang Kangkung

Lilis Surjani niscaya termasuk penyanyi yang bersejarah. Selain karena kekhasan suaranya, lagu-lagunya banyak yang menjadi hits seperti Gang Kelintji dan Genjer-genjer. Saya mendengarkan Genjer-genjer versi Lilis Surjani (aslinya dinyanyikan Bing Slamet) dari unduhan MP3 di sebuah situs internet. Semoga amal penyanyi ini diterima oleh Tuhan. *

Album Perdana Soneta


Mandul dan Ke Monas

Saya ingin buru-buru mencatat kegiatan libur saya pada 7 hingga 10 September 2007. Menjelang berangkat ke Jakarta dari Jogja dengan menumpang kereta api Bima jam 22.00, ada waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk menunggu. Waktu sebentar itu saya gunakan untuk berjalan-jalan di pasar loak malam jalan Mangkubumi, hanya 100 meter dari stasiun Tugu. Itulah kali pertama saya melihat materi jualan pasar loak. Walau banyak aneka dagangan barang bekas, tujuan saya hanya satu mencari kaset lama.

Alhamdulilah saya menemukan dua pedagang kaset lama yang memiliki koleksi kaset yang saya cari. Salah satu yang menurut saya langka dan berharga adalah kaset berjudul Album O.M. Soneta Vol. 1 bergambar Oma Irama muda bermain gitar dan mengenakan headphone di telinganya. Album produksi Remaco dan didistribusikan oleh perusahaan Pulau Bali (tanpa tahun) itu berisi 10 lagu karya Oma Irama pada Side A. Sedang Side B berisi 9 lagu dari O.M. Omega.

Lagu-lagu Oma tersebut antara lain Ke Monas, 17 Tahun, Kuda Lumping dan Mandul. Keempat lagu tersebut disebut, karena hanya empat itulah yang masih bisa saya ingat melodinya, walaupun sisanya juga cukup dikenal. Lagu “Ke Monas” bagi saya yang kurang pergaulan, memberitahukan bahwa dulu Monas memiliki air mancur yang bisa menari. Air mancur “menari” itu selama beberapa tahun tak terdengar, baru belakangan Gubernur Sutiyoso merenovasinya kembali. Air mancur Monas itu sekarang bisa menari, dengan tata lampu yang gebyar, dan menjadi obyek wisata kembali.

Karya Oma Irama sejak album volume I ini harus diakui berkarakter kuat dan gampang nyantol di kuping. Sebagai pencipta lagu, Oma Irama harus diakui memang jago dari sononya. Walau popularitas Oma Irama sebagai pribadi kini agak pudar, karena tingkah politik dan affair pribadinya, namun Oma sebagai pencipta lagu, harus diakui memang jagonya. *