Tuesday 23 October 2007

Masterpiece Dodo Zakaria

Kunci Karya: Aku Cinta Kepadamu

Tiga hari sebelum pencipta lagu Indonesia terkemuka Dodo Zakaria meninggal, saya dihubungi Oman, anggota Komunitas Pecinta Musik Indonesia (KPMI) yang memperoleh pesan pendek (sms) dari keluarga Dodo Zakaria. Mereka meminta kepada rekan-rekannya agar memaafkan kang Dodo yang sedang terbaring sakit. Informasi itu saya teruskan ke kolega kerja saya di media, maksudnya agar segera diwartakan.

Tiga hari berlalu, berita soal kang Dodo itu tak juga muncul di media saya, dan pada Senin malam (22 Oktober 2007), teman saya yang saya beritahukan soal kondisi Dodo tersebut, memberitahukan bahwa Dodo meninggal dunia. Teman saya tidak berhasil menghubungi keluarga almarhum Dodo. “Soalnya, nomor hp yang Anda berikan tidak nyambung terus,” kata teman saya.

Saya belum pernah melihat wajah kang Dodo, namun saya merasa dekat secara emosional. Sebagai orang yang pernah membuat komposisi musik walau belum laku dan belum dikenal, saya merasakan betapa dunia penciptaan lagu adalah dunia yang istimewa. Proses penciptaan lagu adalah proses spiritual yang tak semua orang bisa melakukannya. Selain itu, harus diakui bahwa ada lagu kang Dodo yang sangat “menghantui” saya. Berdasarkan kedekatan platonik itu, saya berusaha berbuat untuk kang Dodo sebetapa pun kecilnya.

Lagu-lagu kang Dodo umumnya riang, ceria dan berlirik kuat. Contohnya, lagu Kumpul Bocah, Di Dadaku Ada Kamu, Putus Saja dan lain-lain. Lagu-lagunya yang kuat tak hanya dinyanyikan Vina Panduwinata. Dian Pramana Putra juga menyanyikan lagu Putus Saja. Utha Likumahua menyanyikan lagu Akira. Kang Dodo sendiri pernah menerbitkan album pribadi berjudul Malissa yang diedarkan Aquarius pada 1981. Lima dari delapan lagu ia nyanyikan sendiri, atau duet bersama Vina Panduwinata.

Namun secara pribadi, saya sangat terkesan dengan lagu Aku Cinta Kepadamu dalam album Cinta oleh Vina Panduwinata terbitan Jackson Record pada 1985. Lagu ini diaransir oleh Addie MS yang aransemennya bertekstur. Permainan piano kang Dodo terdengar mengalir seperti lagu Sendiri karya Guruh Sukarno Putra — yang diaransir dan pianonya dimainkan Addie MS. Tentu bukan kebetulan kalau kedua lagu itu sama menggetarkan — keduanya diaransir oleh Addie MS. Menurut saya lagu kang Dodo yang melo dan lembut ini adalah masterpiecenya dan kunci karya untuk memasuki dunia Dodo Zakaria.

Semoga amal kang Dodo diterima Tuhan. *

Monday 15 October 2007

Gang Kelinci Lilis



Penyanyi pop tahun 60-an Lilis Surjani yang meninggal dunia pada Ahad, 7 oktober 2007, memiliki suara wanita khas era itu. Saya beruntung mempunyai beberapa kasetnya yang asli dan pernah mendengarkan lagunya yang menggetarkan Genjer-genjer — yang terdengar getir di telinga generasi pasca Orde Lama karena kaitannya dengan sejarah kelam Indonesia.

Sehari sebelum Lilis meninggal, saya kebetulan membeli kaset loakan di jalan Mangkubumi Jogjakarta kaset berjudul Album Kenangan Dari Lilis Surjani, produksi Ira Record, alias Irama Mas. Album itu berisi 23 lagu, berikut rinciannya:

1. Gelombang Alun
2. Gg. Kelinci
3. Asmara
4. Hari Ulang Tahun
5. Terbang Lalat
6. Kisah Ali Baba
7. Tandak Tambas
8. Rumahku
9. Minggu Lalu
10. Hantu
11. Tirtonadi
12. Seringgit Dua Kupang
13. Air Mata
14. Burung Kenari
15. Pulau Kayangan
16. Bemo
17. Keliling Dunia
18. Doa untuk mu
19. Raja Muda
20. Suratmu Kubalas
21. Ku Telah Berdoa
22. Kasih dan Cinta
23. Lenggang Kangkung

Lilis Surjani niscaya termasuk penyanyi yang bersejarah. Selain karena kekhasan suaranya, lagu-lagunya banyak yang menjadi hits seperti Gang Kelintji dan Genjer-genjer. Saya mendengarkan Genjer-genjer versi Lilis Surjani (aslinya dinyanyikan Bing Slamet) dari unduhan MP3 di sebuah situs internet. Semoga amal penyanyi ini diterima oleh Tuhan. *

Album Perdana Soneta


Mandul dan Ke Monas

Saya ingin buru-buru mencatat kegiatan libur saya pada 7 hingga 10 September 2007. Menjelang berangkat ke Jakarta dari Jogja dengan menumpang kereta api Bima jam 22.00, ada waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk menunggu. Waktu sebentar itu saya gunakan untuk berjalan-jalan di pasar loak malam jalan Mangkubumi, hanya 100 meter dari stasiun Tugu. Itulah kali pertama saya melihat materi jualan pasar loak. Walau banyak aneka dagangan barang bekas, tujuan saya hanya satu mencari kaset lama.

Alhamdulilah saya menemukan dua pedagang kaset lama yang memiliki koleksi kaset yang saya cari. Salah satu yang menurut saya langka dan berharga adalah kaset berjudul Album O.M. Soneta Vol. 1 bergambar Oma Irama muda bermain gitar dan mengenakan headphone di telinganya. Album produksi Remaco dan didistribusikan oleh perusahaan Pulau Bali (tanpa tahun) itu berisi 10 lagu karya Oma Irama pada Side A. Sedang Side B berisi 9 lagu dari O.M. Omega.

Lagu-lagu Oma tersebut antara lain Ke Monas, 17 Tahun, Kuda Lumping dan Mandul. Keempat lagu tersebut disebut, karena hanya empat itulah yang masih bisa saya ingat melodinya, walaupun sisanya juga cukup dikenal. Lagu “Ke Monas” bagi saya yang kurang pergaulan, memberitahukan bahwa dulu Monas memiliki air mancur yang bisa menari. Air mancur “menari” itu selama beberapa tahun tak terdengar, baru belakangan Gubernur Sutiyoso merenovasinya kembali. Air mancur Monas itu sekarang bisa menari, dengan tata lampu yang gebyar, dan menjadi obyek wisata kembali.

Karya Oma Irama sejak album volume I ini harus diakui berkarakter kuat dan gampang nyantol di kuping. Sebagai pencipta lagu, Oma Irama harus diakui memang jago dari sononya. Walau popularitas Oma Irama sebagai pribadi kini agak pudar, karena tingkah politik dan affair pribadinya, namun Oma sebagai pencipta lagu, harus diakui memang jagonya. *